Selasa, 30 Juni 2015

PERMEABILITAS

PERMEABILITAS
Definisi permeabilitas:
Permeabilitas merupakan kemampuan suatu senyawa untuk menembus/melintasi membran sel.
Permeabilitas dipengaruhi oleh:
1.      Ukuran pori
Hal ini ditujukan pada kemampuan suatu zat obat melintasi membran sel melalui pori sel. jika yang menjadi fokusnya adalah bagaimana agar senyawa obat mampu melintasi pori membran sel  maka yang harus diperhatikan bukanlah masalah kelarutan dan permeabilitasnya melainkan memperkecil ukuran partikel dari senyawa obat dan memilih pembawa yang mampu membungkus senyawa obat dan dapat dengan segera  melepaskan senyawa obat pada daerah gastrik. Sehingga yang harus diperhatikan adalah pemilihan zat pembawa yang baik dan tidak bereaksi dengan senyawa obat.
2.      Jumlah
Yaitu  banyaknya zat yang dapat melintasi seluruh bagian  membran. Hal ini dimaksudkan pada bagaimana suatu senyawa obat dapat melintasi membran  sel baik melalui kanal protein (protein integral dan periferal) maupun melalui membran lipid bilayer dan melalui jalan lain seperti pori dan kanal ion. Namun yang harus menjadi fokus adalah kemampuan suatu senyawa obat untuk dapat melintasi membran lipid bilayer dimana daerah inilah yang memiliki daerah penyerapan yang paling besar. Sehingga memungkinkan banyaknya jumlah senyawa yang dapat terabsorpsi.
3.      Tekanan
Tekanan / kosentrasi obat diluar sel harus tinggi agar dapat terjadi difusi. Hal ini beradasarkan pada prinsip difusi yaitu perpindahan zat dari daerah berkosentrasi tinggi kedaerah berkosentrsi rendah. Proses difusi hanya akan terjadi jika kosentrasi zat obat diluar membran sel lebih besar dibandingka didalam sel, sehingga memungkinkan untuk terjadi proses difusi obat dari luar kedalam sel.
Suatu senyawa obat dapat melintasi mebran jika:                                  
1.      Memiliki derajad ionisasi lemah/elektrolit lemah
Kebanayakan obat merupakan elektrolit lemah, yakni asam lemah atau basa lemah. Dalam air elektrolit lemah ini akan terionisasi menjadi bentuk ionnya. Derajad ionisasi obat bergantung pada konstanta ionisasi obat (pKa) dan pada Ph larutan dimana obat berada. Hal ini berkaitan dengan sifat/pH obat yaitu garam dari asam lemah dan garam dari basa lemah. Untuk obat-obat yang bersifat asam lemah maka derajad disosiasinya akan rendah pada daerah lambung sehingga absorbsinya akan besar karena obat yang mengion hanya sebagian dan lebih banyak yang masih dalam ukuran molekul sehingga mudah untuk melintasi protein integral dan membran lipid bilayer.  Untuk obat-obat yang bersifat basa lemah maka derajad disosiasinya dilambung rendah, sehingga hal ini memungkinkan absorpsi obat besar pada daerah usus karena obat yang mengion hanya sebagian. Namun untuk obat yang bersifat asam lemah maka derajad disosiasinya pada daerah usus besar hal ini mejadi perhatian pada proses formulasinya bagaimana memodifikasi obat agar pelepasanya pada daerah usus lambat. Obat sedapat mungkin harus memilki derajad disosiasi yang rendah.

2.      Ukuran partikel
Ukuran partikel suatu obat sangat menentukan tempat absorpsi obat. Ukuran partikel dapat dimodifikasi agar obat dapat melintasi membran melalui pori membran. Hal ini akan dibicarakan pada modifikasi suatu senyawa obat agar dapat melintasi membran melalui celah/ pori.
3.      Memiliki kelarutan yang sesuai yaitu didasarkan atas kelarutan pada membran lipid bilayer. Yaitu obat lebih mengarah pada sifat lipofilik ataupun hidrofilik.  Agar suatu obat dapat terabsorpsi denan baik pada membran sel maka senyawa obat harus memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipofilik atau Ampifilik. Suatu obat tidak akan mampu melintasi membran jika hanya memiliki sifat hidrofilik ataupun lipofilik.  Jika obat hanya memiliki sifat hidrofil maka molekul obat hanya dapat terpenetrasi pada bagia membran yang bersifat hidrofilik sehingga obat tidak mampu melintasi bagian lipid bilayer, jika hal ini terjadi maka molekul obat hanya terperangkap pada bagian membran tetapi tidak melintas hingga ke pembuluh darah. Selain itu jika molekul obat hanya bersifat lipofilik maka molekul obat hanya akan menempel pada daerah permukaan memebran sel.  Sehingga kelarutan suatu obat sangat menentukan bioavalabilitas  obat.
4.      Log P penting untuk menentukan koefisisen partisi dari suatu senyawa apakah senyawa tersebut lebih bersifat hidrofil ataupun lipofil sehingga dapat ditentukan modifikasi sediaan yang akan dibuat. Di mana ketika koefisien partisi lebih besar maka obat akan lebih bersifat lipofilik sehingga permeabilitas obat dapat dikatakan baik/tinggi pada membran.

Persamaan untuk menentukan/mencari nilai koefisien partisi
P co/cw atau log p = log co – log cw

Ukuran partikel untuk kelas II tidak perlu diperbaiki bagaimana cara meningkatkan kelarutannya tetapi fokusnya adalah pada modifikasi ukuran partikel menjadi lebih kecil agar senyawa obat/zat aktif dapat melintasi membran sel melalui celah pori antar membran. Dalam pembuatan sediaan tidak hanya dipikirkan bagaimana suatu obat dapat terabsorbsi pada membran namun dalam formulasinya harus diperhatikan dari sifat senyawa kelarutan dan permeabilitasnyas . Tidak hanya masalah ukuran partikel namun juga harus diperhatikan apakah obat dapat disalut, artinya bagaimana suatu pembawa (surfaktan) dapat menyalut atau menjerap suatu senyawa agar dapat dilepaskan pada daerah gastrik.
Garam dari asam lemah terionisasi/terdisosiasi lemah dilambung. Karena  ionisasi rendah sehingga senyawa obat yang tidak terionisasi akan  mudah di absorpsi. Hal ini disebabkan karena senyawa obat sebagian besar dalam bentuk molekul sehingga dapat melewati protein integral dan dapat menembus membran lipid bilayer sehingga luas dalam penyerapannya besar memungkinkan untuk absorpsi obat juga besar. Lain halnya jika obat terionisasi sangat tinggi hal ini dapat menyebabkan ketersediaan obat/bioavalabilitas obat akan kecil karena cara obat melewati membran hanya berdasarkan kanal  ion , dan garam dari  basa lemah terionisasi lemah di usus sehingga mudah diabsorpsi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar