PERMEABILITAS
Definisi permeabilitas:
Permeabilitas merupakan kemampuan suatu senyawa untuk
menembus/melintasi membran sel.
Permeabilitas dipengaruhi oleh:
1.
Ukuran pori
Hal ini ditujukan pada kemampuan suatu
zat obat melintasi membran sel melalui pori sel. jika yang menjadi fokusnya
adalah bagaimana agar senyawa obat mampu melintasi pori membran sel maka yang harus diperhatikan bukanlah masalah
kelarutan dan permeabilitasnya melainkan memperkecil ukuran partikel dari
senyawa obat dan memilih pembawa yang mampu membungkus senyawa obat dan dapat
dengan segera melepaskan senyawa obat
pada daerah gastrik. Sehingga yang harus diperhatikan adalah pemilihan zat
pembawa yang baik dan tidak bereaksi dengan senyawa obat.
2.
Jumlah
Yaitu banyaknya zat yang dapat melintasi seluruh
bagian membran. Hal ini dimaksudkan pada
bagaimana suatu senyawa obat dapat melintasi membran sel baik melalui kanal protein (protein
integral dan periferal) maupun melalui membran lipid bilayer dan melalui jalan
lain seperti pori dan kanal ion. Namun yang harus menjadi fokus adalah
kemampuan suatu senyawa obat untuk dapat melintasi membran lipid bilayer dimana
daerah inilah yang memiliki daerah penyerapan yang paling besar. Sehingga
memungkinkan banyaknya jumlah senyawa yang dapat terabsorpsi.
3.
Tekanan
Tekanan / kosentrasi obat diluar sel harus tinggi agar
dapat terjadi difusi. Hal ini beradasarkan pada prinsip difusi yaitu
perpindahan zat dari daerah berkosentrasi tinggi kedaerah berkosentrsi rendah.
Proses difusi hanya akan terjadi jika kosentrasi zat obat diluar membran sel
lebih besar dibandingka didalam sel, sehingga memungkinkan untuk terjadi proses
difusi obat dari luar kedalam sel.
Suatu senyawa obat dapat melintasi
mebran jika:
1.
Memiliki
derajad ionisasi lemah/elektrolit lemah
Kebanayakan obat merupakan elektrolit
lemah, yakni asam lemah atau basa lemah. Dalam air elektrolit lemah ini akan
terionisasi menjadi bentuk ionnya. Derajad ionisasi obat bergantung pada
konstanta ionisasi obat (pKa) dan pada Ph larutan dimana obat berada. Hal ini
berkaitan dengan sifat/pH obat yaitu garam dari asam lemah dan garam dari basa
lemah. Untuk obat-obat yang bersifat asam lemah maka derajad disosiasinya akan
rendah pada daerah lambung sehingga absorbsinya akan besar karena obat yang
mengion hanya sebagian dan lebih banyak yang masih dalam ukuran molekul
sehingga mudah untuk melintasi protein integral dan membran lipid bilayer. Untuk obat-obat yang bersifat basa lemah maka
derajad disosiasinya dilambung rendah, sehingga hal ini memungkinkan absorpsi
obat besar pada daerah usus karena obat yang mengion hanya sebagian. Namun
untuk obat yang bersifat asam lemah maka derajad disosiasinya pada daerah usus
besar hal ini mejadi perhatian pada proses formulasinya bagaimana memodifikasi
obat agar pelepasanya pada daerah usus lambat. Obat sedapat mungkin harus
memilki derajad disosiasi yang rendah.
2.
Ukuran
partikel
Ukuran partikel suatu obat sangat
menentukan tempat absorpsi obat. Ukuran partikel dapat dimodifikasi agar obat
dapat melintasi membran melalui pori membran. Hal ini akan dibicarakan pada
modifikasi suatu senyawa obat agar dapat melintasi membran melalui celah/ pori.
3.
Memiliki
kelarutan yang sesuai yaitu didasarkan atas kelarutan pada membran lipid
bilayer. Yaitu obat lebih mengarah pada sifat lipofilik ataupun hidrofilik. Agar suatu obat dapat terabsorpsi denan baik
pada membran sel maka senyawa obat harus memiliki dua sifat yaitu hidrofilik
dan lipofilik atau Ampifilik. Suatu obat tidak akan mampu melintasi membran
jika hanya memiliki sifat hidrofilik ataupun lipofilik. Jika obat hanya memiliki sifat hidrofil maka
molekul obat hanya dapat terpenetrasi pada bagia membran yang bersifat
hidrofilik sehingga obat tidak mampu melintasi bagian lipid bilayer, jika hal
ini terjadi maka molekul obat hanya terperangkap pada bagian membran tetapi
tidak melintas hingga ke pembuluh darah. Selain itu jika molekul obat hanya
bersifat lipofilik maka molekul obat hanya akan menempel pada daerah permukaan
memebran sel. Sehingga kelarutan suatu
obat sangat menentukan bioavalabilitas obat.
4.
Log P
penting untuk menentukan koefisisen partisi dari suatu senyawa apakah senyawa
tersebut lebih bersifat hidrofil ataupun lipofil sehingga dapat ditentukan
modifikasi sediaan yang akan dibuat. Di mana ketika koefisien partisi lebih
besar maka obat akan lebih bersifat lipofilik sehingga permeabilitas obat dapat
dikatakan baik/tinggi pada membran.
Persamaan untuk menentukan/mencari nilai koefisien
partisi
P co/cw atau log p = log co – log cw
Ukuran partikel untuk kelas II tidak perlu diperbaiki
bagaimana cara meningkatkan kelarutannya tetapi fokusnya adalah pada modifikasi
ukuran partikel menjadi lebih kecil agar senyawa obat/zat aktif dapat melintasi
membran sel melalui celah pori antar membran. Dalam pembuatan sediaan tidak
hanya dipikirkan bagaimana suatu obat dapat terabsorbsi pada membran namun
dalam formulasinya harus diperhatikan dari sifat senyawa kelarutan dan
permeabilitasnyas . Tidak hanya masalah ukuran partikel namun juga harus
diperhatikan apakah obat dapat disalut, artinya bagaimana suatu pembawa
(surfaktan) dapat menyalut atau menjerap suatu senyawa agar dapat dilepaskan
pada daerah gastrik.
Garam dari asam lemah terionisasi/terdisosiasi lemah dilambung. Karena ionisasi rendah sehingga senyawa obat yang
tidak terionisasi akan mudah di absorpsi.
Hal ini disebabkan karena senyawa obat sebagian besar dalam bentuk molekul
sehingga dapat melewati protein integral dan dapat menembus membran lipid
bilayer sehingga luas dalam penyerapannya besar memungkinkan untuk absorpsi
obat juga besar. Lain halnya jika obat terionisasi sangat tinggi hal ini dapat
menyebabkan ketersediaan obat/bioavalabilitas obat akan kecil karena cara obat
melewati membran hanya berdasarkan kanal
ion , dan garam dari basa lemah
terionisasi lemah di usus sehingga mudah diabsorpsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar