Selasa, 30 Juni 2015

PERMEABILITAS

PERMEABILITAS
Definisi permeabilitas:
Permeabilitas merupakan kemampuan suatu senyawa untuk menembus/melintasi membran sel.
Permeabilitas dipengaruhi oleh:
1.      Ukuran pori
Hal ini ditujukan pada kemampuan suatu zat obat melintasi membran sel melalui pori sel. jika yang menjadi fokusnya adalah bagaimana agar senyawa obat mampu melintasi pori membran sel  maka yang harus diperhatikan bukanlah masalah kelarutan dan permeabilitasnya melainkan memperkecil ukuran partikel dari senyawa obat dan memilih pembawa yang mampu membungkus senyawa obat dan dapat dengan segera  melepaskan senyawa obat pada daerah gastrik. Sehingga yang harus diperhatikan adalah pemilihan zat pembawa yang baik dan tidak bereaksi dengan senyawa obat.
2.      Jumlah
Yaitu  banyaknya zat yang dapat melintasi seluruh bagian  membran. Hal ini dimaksudkan pada bagaimana suatu senyawa obat dapat melintasi membran  sel baik melalui kanal protein (protein integral dan periferal) maupun melalui membran lipid bilayer dan melalui jalan lain seperti pori dan kanal ion. Namun yang harus menjadi fokus adalah kemampuan suatu senyawa obat untuk dapat melintasi membran lipid bilayer dimana daerah inilah yang memiliki daerah penyerapan yang paling besar. Sehingga memungkinkan banyaknya jumlah senyawa yang dapat terabsorpsi.
3.      Tekanan
Tekanan / kosentrasi obat diluar sel harus tinggi agar dapat terjadi difusi. Hal ini beradasarkan pada prinsip difusi yaitu perpindahan zat dari daerah berkosentrasi tinggi kedaerah berkosentrsi rendah. Proses difusi hanya akan terjadi jika kosentrasi zat obat diluar membran sel lebih besar dibandingka didalam sel, sehingga memungkinkan untuk terjadi proses difusi obat dari luar kedalam sel.
Suatu senyawa obat dapat melintasi mebran jika:                                  
1.      Memiliki derajad ionisasi lemah/elektrolit lemah
Kebanayakan obat merupakan elektrolit lemah, yakni asam lemah atau basa lemah. Dalam air elektrolit lemah ini akan terionisasi menjadi bentuk ionnya. Derajad ionisasi obat bergantung pada konstanta ionisasi obat (pKa) dan pada Ph larutan dimana obat berada. Hal ini berkaitan dengan sifat/pH obat yaitu garam dari asam lemah dan garam dari basa lemah. Untuk obat-obat yang bersifat asam lemah maka derajad disosiasinya akan rendah pada daerah lambung sehingga absorbsinya akan besar karena obat yang mengion hanya sebagian dan lebih banyak yang masih dalam ukuran molekul sehingga mudah untuk melintasi protein integral dan membran lipid bilayer.  Untuk obat-obat yang bersifat basa lemah maka derajad disosiasinya dilambung rendah, sehingga hal ini memungkinkan absorpsi obat besar pada daerah usus karena obat yang mengion hanya sebagian. Namun untuk obat yang bersifat asam lemah maka derajad disosiasinya pada daerah usus besar hal ini mejadi perhatian pada proses formulasinya bagaimana memodifikasi obat agar pelepasanya pada daerah usus lambat. Obat sedapat mungkin harus memilki derajad disosiasi yang rendah.

2.      Ukuran partikel
Ukuran partikel suatu obat sangat menentukan tempat absorpsi obat. Ukuran partikel dapat dimodifikasi agar obat dapat melintasi membran melalui pori membran. Hal ini akan dibicarakan pada modifikasi suatu senyawa obat agar dapat melintasi membran melalui celah/ pori.
3.      Memiliki kelarutan yang sesuai yaitu didasarkan atas kelarutan pada membran lipid bilayer. Yaitu obat lebih mengarah pada sifat lipofilik ataupun hidrofilik.  Agar suatu obat dapat terabsorpsi denan baik pada membran sel maka senyawa obat harus memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipofilik atau Ampifilik. Suatu obat tidak akan mampu melintasi membran jika hanya memiliki sifat hidrofilik ataupun lipofilik.  Jika obat hanya memiliki sifat hidrofil maka molekul obat hanya dapat terpenetrasi pada bagia membran yang bersifat hidrofilik sehingga obat tidak mampu melintasi bagian lipid bilayer, jika hal ini terjadi maka molekul obat hanya terperangkap pada bagian membran tetapi tidak melintas hingga ke pembuluh darah. Selain itu jika molekul obat hanya bersifat lipofilik maka molekul obat hanya akan menempel pada daerah permukaan memebran sel.  Sehingga kelarutan suatu obat sangat menentukan bioavalabilitas  obat.
4.      Log P penting untuk menentukan koefisisen partisi dari suatu senyawa apakah senyawa tersebut lebih bersifat hidrofil ataupun lipofil sehingga dapat ditentukan modifikasi sediaan yang akan dibuat. Di mana ketika koefisien partisi lebih besar maka obat akan lebih bersifat lipofilik sehingga permeabilitas obat dapat dikatakan baik/tinggi pada membran.

Persamaan untuk menentukan/mencari nilai koefisien partisi
P co/cw atau log p = log co – log cw

Ukuran partikel untuk kelas II tidak perlu diperbaiki bagaimana cara meningkatkan kelarutannya tetapi fokusnya adalah pada modifikasi ukuran partikel menjadi lebih kecil agar senyawa obat/zat aktif dapat melintasi membran sel melalui celah pori antar membran. Dalam pembuatan sediaan tidak hanya dipikirkan bagaimana suatu obat dapat terabsorbsi pada membran namun dalam formulasinya harus diperhatikan dari sifat senyawa kelarutan dan permeabilitasnyas . Tidak hanya masalah ukuran partikel namun juga harus diperhatikan apakah obat dapat disalut, artinya bagaimana suatu pembawa (surfaktan) dapat menyalut atau menjerap suatu senyawa agar dapat dilepaskan pada daerah gastrik.
Garam dari asam lemah terionisasi/terdisosiasi lemah dilambung. Karena  ionisasi rendah sehingga senyawa obat yang tidak terionisasi akan  mudah di absorpsi. Hal ini disebabkan karena senyawa obat sebagian besar dalam bentuk molekul sehingga dapat melewati protein integral dan dapat menembus membran lipid bilayer sehingga luas dalam penyerapannya besar memungkinkan untuk absorpsi obat juga besar. Lain halnya jika obat terionisasi sangat tinggi hal ini dapat menyebabkan ketersediaan obat/bioavalabilitas obat akan kecil karena cara obat melewati membran hanya berdasarkan kanal  ion , dan garam dari  basa lemah terionisasi lemah di usus sehingga mudah diabsorpsi.


BIOPHARMACEUTICAL KLASSIFIKATION SYSTEM (BCS)

BCS (BIOPHARMACEUTICAL KLASSSIFICATION SYSTEM)


BCS atau Biopharmaceutical Klasssification System merupakan suatu sistem yang digunakan untuk membedakan obat berdasarkan kelarutan dan permeabilitas. Sistem BCS merupakan hasil dari usaha berkelanjutan dalam analisis matematika yang berkaitan dengan sistem kinetika dan disolusi obat dalam saluran pencernaan (penyerapan dalam usus). Dalam sistem BCS merupakan pembaharuan dalam dunia farmasi khususnya dalam pengujian sediaan obat dimana dengan sistem BCS membantu dalam mengurangi sederetan tahap dalam pengujian pengembangan obat baru baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti halnya mengurangi uiji klinik yang sebenarnya tidak terlalu penting dan merupakan tahap yang lama dalam pengujian obat baru dan mendukung sistem penggantian bioekivalensi dalam pengujian disolusi obat secara in vitro. Sehingga pengujian obat secara in vivo dapat diminimalkan.
Biofarmasetik adalah suatu ilmu yang memepelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas obat (ketersediaan hayati) dalam tubuh hewan maupun manusia sehingga menghasilkan respon terapi yang optimal. Sedangkan bioavailabilitas itu sendiri adalah suatu parameter yang digunakan untuk menunjukkan jumlah dan kecepatan obat aktif sampai pada sirkulasi sitemik. Efek terapi suatu obat berbeda-beda tergantung dari seberapa banyak kadar obat dalam reseptor. Fokus untuk biofarmasetik adalah kadar obat yang sampai pada sirkulasi sitemik. Ketika  berbicara mengenai bioavalabilitas maka untuk obat yang berada dalam darah dan kadar yang sampai pada reseptor akan berada dalam suatu kesetimbangan, yang artinya ketika kadar obat didalam darah naik maka kadar obat didalam reseptor juga naik hal ini dapat berefek pada pencapaian efek terapi yang baik.
Perlu diketahui bahwa untuk setiap obat memiliki bioavailabilitas yang berbeda, meskipun dalam bentuk sediaan yang sama seperti tablet. Hal ini karena bioavalabilitas suatu obat dipengaruhi oleh sifat fisika kimia, kelarutan dalam air , koefisien partisi dan perbedaan dalam pemiliha zat pengisi, zat tambahan dan beberapa parameter lain yang berhubungan dengan senyawa aktif dan tambahan dari suatu obat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas suatu obat yaitu:
1.    Faktor Obat (sifat fisiko-kimia)
Sifat fisika-kimia suatu obat sangat mempengaruhi dalam bioavalabilitas suatu obat, kestabilan zat obat dalam proses pembuatan atau formulasi obat maupun pada saat obat masuk kedalam tubuh. Parameter yang mempengaruhi sifat fisika kimia sauatu obat adalah kemampuan suatu obat untuk tetap mempertahankan konsistensinya hingga menghasilkan efek terapi.
2.    Faktor Pabrik (Faktor Formulasi Sediaan)
Faktor pabrik merupakan faktor yang sangat mempengaruhi bioavailabilitas suatu obat. Bagaimana suatu pabrik merancang dan memodifikasi suatu zat sehingga menghasilkan suatu formulasi sediaan obat yang memiliki bioavailabilitas yang baik dan menghasilkan produk obat yang unggul.
3.    Faktor Pasien (Fisiologi dan Patologi saluran cerna).
Faktor pasien sangat berpengaruh terhadap biovailabilitas suatu obat. Setiap orang memiliki respon yang berbeda terhadap suatu obat hal ini dipengaruhi karena keadaan fisiologis patologis pasien seperti usia, bera badan, penyakit yang menyertai dan komplikasi terhadap penyakit yang lain akan mempengaruhi keberhasilan suatu obat dalam menunjukkan efek terapi.
Terdapat beberapa tahapan yang paling mempengaruhi bioavalabilitas yaitu:
1.    Koefisien partisi (perbandingan kadar obat dalam lipid dan kadar dalam air setelah terjadi kesetimbanagn) semakin besar koefisien partisi maka obat akan semakin sukar larut dalam air sehingga disolusi akan lambat. Jika  Koefisien partisi kecil maka rate limiting step nya pada permeasi hal ini menunjukkan bahwa senyawa obat bersifar hidrofil.
2.    Konstanta disosiasi menunjukkan kemampuan asam lemah untuk terdisosiasi. Semakin besar konstanta disosiasi maka semakin besar pula  disosiasi jika hal ini terjadi maka disolusi obat pun akan  semakin tinggi. Jika fraksi ion terlalu banyak maka besarnya konstanta disossiasi akan menyebabkan permeasi lambat.
3.    Ukuran molekul atau bentuk mempengaruhi harga koefisien difusi baik pada proses disolusi maupun permeasi.
4.    Stabilitas obat  
Seperti yang telah disinggung diatas bahwa bioavalabilitas suatu obat juga dipengaruhi oleh stabilitas suatu obat.da beberapa parameter yang dapat digunakan dalam mengetahiu stabilitas suatu obat yaitu: bentuk sediaan obat, sifat fisika-kimia obat, kelarutan obat, pH obat, ukuran partikel suatu obat dan lain-lain.
Dasar yang mempelopori adanya sistem klasifikasi biofarmasetik obat yaitu bermula dari pemikiran mengenai bagaimana cara memformulasi dan mengklasifikasikan  suatu sediaan obat berdasarkan sifat kelarutan dan permeabilitasnya dalam usus. Sehingga dapat meminimalkan waktu pengujian obat secara in vivo atau pengujian pada manusia.

Dalam sistem klasifikasi biofarmasetik obat terdapat beberapa batas-batas parameter yang harus diperhatikan yaitu:
1.      Solutibility/kelarutan
2.      Permeability
3.      Disolusi (pembubaran)
Pada bagian awal akan dijelaskan keterkaitan kelarutan suatu obat dengan BCS. Pertama-tama akan disinggung mengenai kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia/ zat terlarut (solut) untuk dapat larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan suatu zat kimia atau zat aktif obat sangat mempengaruhi bioavalabilitas obat. Jika obat memiliki kelarutan yang rendah pada cairan GI maka secara otomatis obat akan sulit untuk terdisolusi jika obat sulit untuk terdisolusi maka obat akan membutuhkan waktu yang lama untuk obat dapat terabsorpsi yang pada akhirnya akan menyebabkan efek terapi dari obat tidak tercapai secara maksimal. Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya yaitu: 1). Suhu, 2). Ukuran partikel, 3).sifat fisika kimia obat. Kelarutan yang dimaksud dalam BCS yaitu didasarkan pada  kelarutan produk dengan dosis maksimum. Suatu zat aktif dikatakan sangat mudah larut bila dengan dosis maksimum, obat  dapat larut di dalam 250 mL atau kurang  air dengan rentang pH 1-7,5. Volume sebanyak 250 mL ditentukan dari protocol studi bioekuivalen pada umumnya yang mengatur bahwa penggunaan produk obat hanya dengan segelas air pada sukarelawan dengan kondisi puasa.
Permeabilitas yaitu kemampuan suatu zat obat untuk menembus membran sel. Suatu obat dikatakan permeabel ketika obat  yang terabsorpsi dalam usus  >90% atau lebih dosis yang digunakan, berdasarkan keseimbangan massa atau dalam perbandingan dengan obat dosis intravena.  Permeabelitas  merupakan salah satu fokus pembahasan dari BCS. Secara tidak langsung batasan permeabilitas didasarkan pada banyaknya obat yang diabsorpsi dalam tubuh manusia dan secara langsung pada pengukuran kecepatan transfer massa yang melewati membrane usus manusia. Sistem lain yang tidak menggunakan manusia yang dapat memprediksi absorpsi obat dalam tubuh manusia boleh digunakan ( seperti metode kultur in vitro) sistem inilah yang coba dikembangkan dalam pembuatan sediaan obat  melalui BCS.
Permeabilitas suatu zat sangat mempengaruhi bioekivalensi dan bioavailabilitas suatu obat. Permeabilitas sangat memiliki keterkaitan dengan Rate Limiting Step yaitu tahap yang menentukan kecepatan proses absorsbsi obat secara keseluruhan atau tahap terlambat atau tahap yang paling lama  dalam rangkaain proses kinetik. Rate Limiting Step dipengaruhi oleh disolusi dan permeasi, hal ini dipengaruhi oleh obat yang masuk dalam tubuh. Obat-obat yang bersifat  lipofil Rate Limiting Stepnya berada pada proses disolusi (obat masuk kedalam membran) pada tahap ini absorpsi obat berjalan secara cepat.  Sementara  untuk obat-obat yang bersifat hidrofil Rate Limiting Stepnya berada pada tahap permeasi  yaitu dimana obat masuk kedalam plasma darah  pada proses ini absorpsi obat berjalan lambat.
            Disolusi yaitu Suatu produk obat yang lepas segera dianggap cepat terdisolusi bila > 85 % jumlah obat yang tertera dapat terdisolusi dalam waktu 15 menit menggunakan Aparatus I Disolusi USP pada 100 RPM atau Aparatus II pada 50 RPM dalam larutan media sebanyak 900 mL atau kurang. Larutan media terdiri dari 0,1N HCl atau cairan lambung buatan atau larutan dapar pH 4,5 dan dapar pH 6,8 atau cairan usus buatan.kegiatan diatas merupakan serangkaian  pengujian untuk mengetahui pada menit keberapa obat dapat terdisolusi sempurna dengan menggunakan alat yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga menyerupai kondisi organ pencernaan pada manusia, seperti pada pembuatan larutan dapar yang menyerupai pH lambung dan pH usus agar pegujian obat sesuai pada in vitro dan in vivo.
Dalam BCS zat aktif obat dibagi menjadi beberapa kelas yaitu:
1.    Kelas I. Permeabilitas tinggi, kelarutan tinggi
Contoh obatnya : metoprolol (antihipertensi golongan  bloker)
Metoprolol merupakan obat yang sangat mudah diabsorbsi dan kecepatan absorbsinya lebih besar dibandingkan ekskresinya.
2.    Kelas II. Permeabilitas tinggi, kelarutan rendah
Contoh obatnya: glibenclamide (antidiabetic golongan sulfonilurea)
Bioavailibilitasnya dibatasi oleh kecepatan solvasinya. Ada hubungan antara bioavailibilitas secara in vivo dan in vitro.
3.    Kelas III. Permeabilitas rendah, kelarutan tinggi
Contoh obatnya : cimetidin (golongan obat maag/tukak lambung)
Absorbsinya dibatasi oleh kecepatan permeasinya tetapi obat tersebut dapat tersolvasi dengan cepat. Jika formulasi tidak mengubah permeabilitas atau durasi di dalam gastrointestinal, maka kriteria kelasi I bisa digunakan.
4.    Kelas IV. Permeabilitas rendah, kelarutan rendah
Contoh obatnya: HCT (hidroklortiazid) ( golongan obat diuretik thiazid)
Senyawa ini mempunyai bioavailibilitas yang rendah sekali. Biasanya tidak diabsorbsi dengan baik di sepanjang mucosa intestinal dan variabilitasnya tinggi.

Struktur Membran Sel

       Membran sel merupakan suatu lapisan yang menyelumbungi sel. Membran sel merupakan barier yang melindungi sel dan memisahkan antara ektrasel dan intrasel (cairan sel). Secara umum struktur membran sel eukariotik sama baik pada hewan maupun pada manusia,  tersusun atas lipid dan protein yang umumnya berinteraksi secara kovalen. Membran sel –berdasar fluid mozaic model merupakan struktur dinamis, berstruktur fluida, dan molekul-molekul protein dan lipid umumnya yang dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain sepanjang membran. Struktur umum membran sel –berdasar fluid mozaic model.

Lipid Bilayer merupakan struktur dasar membran, tersusun terutama atas fosfolipid dan sebagian kecil kolesterol dan glikolipid. Tiap molekul fosfolipid mempunyai bagian kepala (head) yang bersifat polar, hidrofilik dan bagian ekor (tail) yang bersifat nonpolar (hidrofobik). Bagian polar menghadap langsung dengan ekstraselular dan intraselular, yang terutama tersusun atas air, sedangkan bagian hidrofobik berada di bagian tengah membran. Dengan struktur fosfolipid yang demikian, menyebabkan sel tertutup membran, dan mudah menutup kembali jika terjadi kerusakan kecil.
Pada sistem BCS hal ini sangat penting karena BCS berfokus pada kelarutan dan permeabilitas usus (penyerapan obat pada membran sel usus). Protein membran sel dapat dibedakan menjadi protein integral dan protein periferal. Protein integral terbenam dalam bilayer lipid, dan beberapa diantaranya hanya tersisip pada satu permukaan membran, dengan satu ujung menghadap ke ekstraselular atau intraselular,  tetapi yang terbanyak adalah yang merupakan protein transmembran menyisip mulai bagian yang menghadap ekstraselular sampai intraselular. Protein membran sel dapat dibedakan menjadi protein integral dan protein periferal. Protein integral terbenam dalam bilayer lipid, dan beberapa diantaranya hanya tersisip pada satu permukaan membran, dengan satu ujung menghadap ke ekstraselular atau intraselular,  tetapi yang terbanyak adalah yang merupakan protein transmembran menyisip mulai bagian yang menghadap ekstraselular sampai intraselular.
Secara molekuler absorbsi obat melewati membran sel sangat berpengaruh terhadap bioavalabilitas obat dan tujuan terhadap terapi obat. Tidak semua bahan yang berpindah dari dan ke intraselular tergantung pada transpor langsung melalui membran sel. Beberapa bahan , terutama molekul besar atau molekul kompleks berpindah melalui pembentukan vesikula atau fusi membran plasma. Perpindahan  demikian, ke dalam sel disebut endositosis, sedangkan perpindahan ke luar disebut eksositosis. Eksositosis dan endositosis tidak dibahas dalam bahan ajar  ini.
     Ion-ion dan molekul kecil  dapat masuk dan ke luar sel melalui dua cara, yaitu transpor pasif dan transpor aktif. Transpor pasif tergantung pada gradien kadar antara intraselular dan ekstraselular. Jika suatu molekul lebih tinggi kadarnya di dalam sel, maka arah transpor ke luar sel. Transpor pasif ion-ion selain dipengaruhi kadar, juga dipengaruhi perbedaan muatan antara kedua sisi membran (gradien elektrokimia). Karena tergantung gradien kadar, transpor pasif tidak memerlukan energi. Pada transpor aktif, bahan-bahan berpindah melawan gradien kadar. Tak sama dengan transpor pasif, transpor aktif memerlukan energi. Transpor aktif tak akan terjadi tanpa tersedianya energi dalam sel.

            Sifat hidrofobik pada interior membran sel hanya memungkinkan beberapa kelompok molekul dengan mudah dapat melintas membran yaitu molekul-molekul yang hidrofobik, dan molekul-molekul polar berukuran kecil tak bermuatan. Molekul-molekul polar berukuran besar dan ion –seberapapun ukurannya-tidak dapat melintas membran tanpa adanya bantuan protein membran.  Transpor lintas membran tanpa bantuan protein membran, hanya tergantung pada gradien kadar disebut dengan difusi biasa/ simple diffusion (merupakan transpor pasif), sedangkan jika dengan bantuan protein membran dan tergantung gradien kadar (pasif) disebut dengan difusi terfasilitasi (facilitated diffusion). Transpor aktif memerlukan bantuan protein membran (protein carrier) dan energi, karena melawan gradien kadar. Perubahan konformasi protein carrier akan memindahkan ion/molekul dari satu sisi ke sisi lain membran.

teknologi sediaan liquid

Definisi larutan
Larutan ditinjau dari ilmu kimia adalah campuran homogen dari satu atau lebih zat terlarut dalam suatu pelarut yang jernih.
            Larutan dikatakan homogen apabila tidak dapat dibedakan antara zat terlarut dan pelarutnya. Dan antara pelarut dan zat terlarut berada dalam satu fase (tersebar merata). Sebagai contoh larutan gula dan larutan garam. Larutan gula dan garam dikatakan homogen karena garam tersebar didalam larutan dan ketika diambil cuplikan secara rendom (acak) akan didapatkan kadar senyawaa garam yang sama.
            Larutan merupakan termodinamik yang paling stabil karena dan  Dikatakan demikian karena tidak terdapat energi bebas dan tidak terjadi reaksi antara zat terlarut dan pelarut sebagai contoh larutan gula akan tetap terdapat  senyawa gula didalam pelarut  dengan struktur yang sama yang terjadi hanyalah terbentuknya jembatan/ikatan hidrogen antara molekul gula satu dengan yang lain. Ikatan hidrogen merupakan  ikatan yang mudah putus. Hal ini tidak berlaku untuk larutan garam karena larutan garam terdiri atas Na+ dan Cl- .
             Suatu sediaan atau campuran dari satu atau lebih zat dikatakan larutan apabila masih dapat mempertahankan sifat dari zatnya. Seperti yang dikatakan pada paragraaf diatas bahwa larutan gula akan tetap terdapat senyawa gula didalam larutan tidak akan berubah menjadi senyawa lain karena tidak terjadi reaksi antara molekul gula dan air menjadi senyawa lain melainkan hanya terjadi ikataan/jembatan hidrogen, sehingga dikatakan tidak mengalami perubahan zat dari gula menjadi yang lain. Perubahan yaang terjadi hanyalah sifat fisika dari zat yaitu dari padat menjadi cair.
Larutan ditinjau dari sifat fisika kimia adalah suatu laarutan dapat dibuat/dipersiapkan dari campuran yang manaa saja dari tiga macam keadaan zat yaitu cair, padat dan gas. Dari campuran ketiga keadaan zat tersebut dapat dibuat kemungkinan 9 tipe campuran yang homogen.
            Sebagai contoh naftalen merupakan salah satu dari 9 tipe campuran homogen yang dapat dibuat karena naftalen merupakan padatan dalam gas. Dikatan padatan dalam gas karena naftalen dapat menyublim menjadi gas. Ketika di simpan dalam tempat terbuka.
Selain itu juga ada campuran antara padatan-padatan yaitu emas dan perak, meskipun pada campuran emas dan perak masih terdapat antar muka dan luas permukaan karena dalam bentuk zat padatan. Sehingga dapat dikatakan  suatu campuran yang homogen namun tidak memiliki termodinamik yang bersifat stabil karena masih terdapat energi bebas yang dapat dilepaskan. Selain campuran diatas terdapat campuran antara camphora dan menthol ketika diberi perlakuan dengan cara digerus maka kedua campuran dari zat akan mencair. Campuran dari zat padat tersebut dapat dikatan larutan karena bersifat homogen dan jernih. Dikatan jernih karena tidak terdapat partikel yang tidak larut dari campuran kedua zat. Selain itu dikatakan homogen karena campuran antara kedua zat tersebar merata dan tidak terdapaat antar muka karen tidaak terdapat partikel bebas.
            Gas-cair sebagai contoh sprite campuran dari gas karbonat dan air. Pada peristiwa campuran diatas terjadi transformasi antar muka dari partikel bebas gas sehingga terjadi penurunan tegangan permukaan  sehingga . Campuran dari kedua zat tersebut bersifat homogen dan jenih kecuali jika diberi gaya maka gas karbonat yang terkandung didalam larutan sprite akan mengalami luas permukaan.
            Secara termodinamik udara juga dapat dikatakan sebagai koloidal suspensi yang berukuran mikro 0, 00 sekian sehingga jika dikalikan dengaan 0 maka hasilnya pun akan 0 sehingga energi bebas 0 atau .
Kelarutan
Dapat diartikan sebagai kemampuan 1 gram bahan, larut dalam sejumlah ml pelarut pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelarutan suatu zat dapat dipengaruhi oleh ukuran partikel, tekanan, suhu  pengadukan, kebasahan, keasaman, kosolven, dan beberapa zat pembantu kelarutan lainnya.
1.      Ukuran partikel dapat mempengaruhi kelarutan karena semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaan dari partikel akan semakin besar sehingga lebih cepat melarut.
2.      Tekanan juga mempengaruhi kelarutan suatu zat. Tekanan yang biasa adalah  tekanan 1 atm. Sehingga kelarutan suatu zat yang sama didaerah tertentu dapat saja berbeda jika tekanan atm berbeda.
3.      Suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat. Dimana ketika suatu zat yang sukar larut ketika di beri suhu yang lebih maka akan mempengaruhi intensitas kelarutan dari zat hal ini karena zat kimia padaa umumnya menyerap panas ( dikatan panas larutan negatif).
4.      Pengadukan juga mempengaruhi kelarutan karena gaya yang diberikan sehingga partikel akan merata dan menyebabkan pelarut yang tidak jenuh bersentuhan dengan zat sehingga dapat mempercepat terbentuknya larutan dan bersifat homogen.
5.      Kosolven merupakan zat tambahaan yang diberikan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat sebagai contoh paracetamol larut dalam 1:70 dari zat pelarutnya sehingga untuk membuat 2 gram larutan paracetamol dalam 100 ml air maka dapat ditambaahkan kosolven untuk meningkatkan kelarutan dari paracetamol.
Istilah-istilah kelarutan
<1                                = sangat mudah larut
1-10                             = mudah larut
10-30                           = larut
30-100                         = agak sukar larut
100-1.000                    = sukar larut
1.000-10.000               = sangat sukar larut
>10.000                       = praktis tidak larut
            istilah-istilah kelarutan diatas merupakan suatu acuan zat/bahan obat dikatakan mudah larut atau sukar larut. Range tidak selalu sama dengan istilah kelarutan di atas melainkan harus diperjelas terlebih dahulu ketika suatu zat dinyakan sukar larut.
persentase (%) (1/100)
Dapat dirumuskan dengan   
Terdapat 4 persentase (%)
Persen (%) b/b =  
Persen (%) b/v =
Persen (%) v/v =  
Jenis-jenis larutan
1.      Larutan mikromolekul
Pada larutan ini terdiri atas mikro unit (satuan terkecil) dari zat terlarut (bahan) yang berupa molekul/ion. Dapat dikatakan sebagai ikatan monomer-monomer bukan antar polimer dari suatu zat tertentu. Sebagai contoh: air, ion Na, ion Cl.

2.      Larutan micellar
Larutan yang berupa agregat/micell (berbentuk bulat) yang memiliki ukuran koloid. Agrerat polimolekul atau polion dapat menyamarkan micel berukuran kimia dalam larutan.

a.       Kejernihan ataupun kekentalan dari larutan micell sama halnya dengan larutan mikromolekul.
b.       Jika dilihat dari sifat fisiknya pun sama yaitu homogen dan jernih, Ssebagai contoh larutan teh, uap osmotik
c.       Namun secara ukuran partikel larutan  micellar berbeda dengan larutan mikromolekul.
3.      Larutan makromolekul
Yaitu suatu larutan dimana solutnya terdispersi secara molekuler seperti dalam larutan mikromolekul, tetapi ukuran dan BM nya sangat besar. Contoh larutan makromolekul: larutan akasia, CMC, Albumin, PVP, kapurung, kanji. Bahan–bahan tersebut apabila dilarutkan dengan pelarutnya akan terbentuk seperti larutan homogen dan jernih hanya saja viskositas dari larutan lebih besar.

Selain itu sifat fisika kimia dari zat tidak dapat dipisahkan satu sama lain hal ini berdasarkan sifat elektrolit dan nonelektrolit dari larutan. Sebagai contoh larutan elektrolit yaitu ketika suatu  asam klorida dimasukkan kedalam air maka akan mengalami gaya tarik menarik antar molekul. Molekul merupakan sifat kimia dan gaya tarik menarik merupakan sifat fisika. Selain itu larutan elektrolit merupakan larutan yang ketika suatu zat dilarutkan kedalam air maka akan membentuk  ion sehingga dapat menghantarkan arus listrik. Arus listrik merupakan sifat fisika sedangkan membentuk ion merupakan sifat kimia.